teks ulasan film tendangan dari langit
Contohkuesioner skripsi google form Ini adalah film yang diangkat dari kisah nyata Um Hong-gil, seorang pendaki gunung asal Korea Film Semi Amerika 18 Hot Terbaru 2018 Sub Indo Free Download Mp3 Film Semi Jepang Indoxxi 2018 contoh pidato cinta tanah air sebagian dari iman; Dari ribuan kontestan yang melamar, keempat juri harus memilih
Kotak- Tendangan dari Langit (Official Music Video)Dengarkan "Tendangan dari Langit" di aplikasi music streaming favorit kamu:
TeksUlasan "Langit Biru". Langit Biru merupakan film drama/musikal Indonesia yang dirilis pada 17 November 2011 yang disutradarai oleh Lasja Fauzia Susatyo . Film ini dibintangi oleh Ratnakanya Anissa Pinandita dan Jeje Soekarno. Dalam film ini dikisahkan tentang persahabatan biru dan kawan-kawannya yang ingin menyetop perilaku bullying
Tanggalrilis : 17 November 2011. Durasi : 1 jam 28 menit. Orientasi : Langit Biru merupakan sebuah drama musikal yang dirilis pada tanggal 17 November 2011 yang disutradarai oleh Lasja Fauzia Susatyo. Film ini dibintangi oleh Ratnakanya Anissa Pinandita,Beby Natalie dan Jeje Soekarno sebagai peran utamanya. Sinopsis :
TeksUlasan Film Serdadu Kumbang yang Berasal dari Sumber Lain Sepertinya wilayah-wilayah jauh dari ibukota sedang seksi-seksinya dijadikan latar pembuatan film. Tandanya adalah mencuatnya Laskar Pelangi yang mengambil lokasi di Belitung, pulau yang tak pernah diimpikan oleh penonton sekalipun untuk jadi lokasi syuting.
Site De Rencontre Chretienne Au Canada. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas Film Judul Langit BiruBintang Ratnakanya Anissa Pinandita,Jeje Soekarno,Beby Natalie,Cody McClendon,Patton Otlivio Latupeirissa,Jonathan Prasetyo,Samuel Nathanael Carol,Ari Wibowo,Donna Harun,Hermann Josis,Mokalu,Tika Panggabean,Becky Tumewu,Brandon De Angelo,Ayushita dan Saykoji. Sutradara Lasja Fauzia Susatyo Produser Nia Dinata dan Hanna CarolSkenario Melissa KarimProduksi Blue Caterpillar Films & Kalyana Shira FilmsTanggal rilis 17 November 2011 Durasi 1 jam 28 menitOrientasi Langit Biru merupakan sebuah drama musikal yang dirilis pada tanggal 17 November 2011 yang disutradarai oleh Lasja Fauzia Susatyo. Film ini dibintangi oleh Ratnakanya Anissa Pinandita,Beby Natalie dan Jeje Soekarno sebagai peran utamanya. 1 2 Lihat Lyfe Selengkapnya
Teks Ulasan Film/Drama - Interpretasi isi teks film/drama Tujuan Siswa dapat menginterpretasi makna teks ulasan film/drama, baik secara lisan maupun tulisan Pada topik ini kalian akan mempelajari tentang menginterpretasi makna teks ulasan film/drama. Pengertian Film Film adalah lakon atau cerita hidup yang ditayangkan dengan bantuan teknologi, seperti kamera dan animasi. Tokoh di dalam film dapat diperankan oleh orang, benda, atau figur palsu seperti gambar. Film disebut juga dengan sinema. Interpretasi Teks Ulasan Film/Drama Interpretasi teks ulasan film/drama adalah kegiatan dengan memberi apresiasi atau pemaknaan terhadap sebuah karya sastra sesuai dengan pikiran atau perasaan yang diperoleh pembaca/penonton terhadap karya tersebut. Kegiatan interpretasi ini dapat pula digunakan untuk mengapresiasi film atau teks sastra lainnya. Kegiatan interpretasi lebih memfokuskan dan memprioritaskan pada pengkajian bagian-bagian yang paling melekat organik, unsur-unsur dan simbol-simbol. Untuk itu, menginterpretasi atau menafsirkan drama/film ini sangat diperlukan untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang. Contoh Teks Ulasan Film Salah satu film keluarga yang cukup menarik perhatian di tahun 2011 adalah Tendangan dari Langit karya sutradara terkenal Indonesia, Hanung Bramantyo. Film ini mulai rilis tanggal 26 Agustus 2011 di bioskop-bioskop Indonesia. Film bertema keluarga ini mengangkat kisah tentang seorang anak yang memiliki cita-cita tinggi dalam bidang sepak bola. Anak laki-laki dengan kecintaannya terhadap sepak bola, Wahyu Yosie Kristanto mendapat tentangan dari sang ayah Sujiwo Tedjo. Kemudian, suatu hari ia menyelamatkan anak-anak Persema di Malang yang pada akhirnya mempertemukan dirinya dengan sang pelatih. Peristiwa itu membawanya untuk melangkah lebih jauh lagi untuk meraih mimpinya menjadi seorang pemain sepak bola yang luar biasa. Sang ayah lambat laun mulai berubah pikiran setelah melihat perjuangan dan kecintaan anaknya pada sepak bola. Akhirnya sang ayah mendukung cita-cita anaknya tersebut. Film ini menyuguhkan berbagai karakter dengan perkembangannya masing-masing dan bagaimana karakter Wahyu semakin kuat dengan cita-cita dan mimpinya. Selain karakter, latar tempat yang digunakan dalam film ini pun sangat menarik yaitu di sekitaran Gunung Bromo. Selain menceritakan tentang perjuangan seorang anak desa untuk meraih mimpinya, film ini juga seolah memberikan gambaran tentang Bromo yang indah. Film ini menjadi salah satu film keluarga yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga terutama di hari-hari libur. Harapannya semoga semakin banyak film-film dengan tema keluarga yang menggugah semangat setiap anggota keluarga untuk bisa meraih mimpinya dan mempererat hubungan keluarga. Contoh Interpretasi Isi Teks Ulasan Film Penulis ulasan menganggap film Tendangan dari Langit ini sebagai film yang dapat menggugah semangat untuk meraih mimpi. Disebutkan bahwa ayah tokoh pertama menentang mimpi sang anak untuk menjadi pemain sepak bola. Namun, lambat laun sikap menentangnya berubah menjadi dukungan karena sang ayah selalu melihat kesungguhan mengejar mimpi anaknya. Hanya saja, memang tidak terdapat kalimat-kalimat yang bersifat kritik dalam tulisannya. Ada dua kemungkinan mengapa tidak ada unsur kritik dalam ulasan penulis di atas. Pertama, film Tendangan dari Langit ini adalah salah satu film yang memang sudah memuaskan dan hampir tidak memiliki kekurangan. Kedua, penulis ulasan tidak melihat dengan jeli bagian-bagian yang sebenarnya menjadi kekurangan dari film tersebut. Poin Penting Ada beberapa poin penting yang bisa diambil dari ulasan dan interpretasi ulasan film di atas diantaranya sebagai berikut. a. Ulasan sebuah film merupakan pendapat pribadi yang dipadukan dengan informasi nyata tentang film tersebut. b. Ada baiknya berani untuk menyajikan meskipun hanya satu kritik yang tujuannya membangun untuk film berikutnya. c. Interpretasi ulasan film dilakukan dengan melihat dan membaca lebih dalam ulasan yang dibuat oleh penulis sehingga simbol-simbol yang terkandung di dalamnya bisa terlihat dengan jelas.
Saya tak salah memilih film Tendangan dari Langit ini untuk saya tonton bersama keluarga saya. Ketika hari pertama lebaran, sesudah shalat Ied di Sabilal, dan silaturrahim ke rumah mertua dan sanak famili lainnya di Banjarmasin, saya membawa istri dan dua anak saya 3 tahun dan 7 tahun mengayunkan tujuan ke Duta Mall. Saat tiba, jam baru menunjukkan pukul WITA. Menurut petugas, mall baru dibuka pukul namun sudah banyak pengunjung yang datang. Tepat pukul pintu mall dibuka. Kami segera menuju ke Studio 21. Dari 8 film yang ditayangkan, saya memilih TDL, dan seperti yang telah saya sebut di atas, ini merupakan pilihan yang tepat Cocok buat kami orangtua dan cocok buat anak-anak saya padahal saat itu film Di Bawah Lindungan Ka'bah juga sedang diputar. Tapi, karena pertimbangan anak-anak, saya harus memilih TDL. TDL merupakan film yang komplit, ada suka, sedih, dan juga lucu. Bukan sekadar film tentang bola, tapi juga tentang persahabatan yang indah, tentang cinta anak dan orangtua, tentang cita-cita, tentang optimisme, dan juga..... politik walau dalam skala kecil. Kalian dapat menyaksikan bagaimana indahnya persahabatn Wahyu Yosie Kristanto, Indah Maudy Ayunda dan Meli Natasha Chairani, serta Purnomo Joshua, si penyair dan Jordy yg kocak maaf saya lupa nama tokoh yg dia mainkan. Keindahan itu bisa kalian saksikan ketika Indah mau hadir atas permintaan Wahyu di pertandingan bola antardesa. Belakangan, ketika Indah meminta Wahyu untuk hadir di Balai Kota dalam Lomba Debat Bahasa Inggris mewakili sekolah, Wahyu terlambat datang gara-gara menolong anak-anak bertampang Indo yang dikejar anak-anak lain dan mengantarkan mereka pulang ke rumahnya. Ternyata kedua anak yang ditolong Wahyu itu adalah anak Timo, pelatih Persema Malang. Dari sini, mimpi Wahyu dimulai. Namun, ganjarannya, Indah tidak konsentrasi bertanding karena mencari-cari wajah Wahyu di antara penonton, dan hanya juara dua yang didapat. Indah marah, dan minta tak mau lagi ditemui oleh Wahyu. Begitu pula bagaimana indahnya dukungan dari kedua teman Wahyu Joshua dan Jordy. Mereka merupakan teman-teman Wahyu yg setia. Mereka pulalah yang membesar-besarkan berita bahwa Wahyu mengikuti Try Out di Persema. Try Out-nya memang benar tetapi cerita yang diumbar Joshua dan Jordy yang dilebih-lebihkan. Kalian dapat lihat bagaimana tingkah Joshua bercerita kepada teman sekolah dan kampungnya tentang Wahyu dengan gayanya yang sok penyair lihat di Thriler 2 menit ke dan tingkah Jordy sebagai Mitro??? yang kocak yang mengatakan bahwa Wahyu selalu menelepon dirinya tiap hari dan mengatakan sedang makan bareng sama Irfan Bachdim Lihat di Thriler 2 menit ke Beberapa adegan mereka ketika di kelas, juga tak kalah serunya. Kalian bisa bergelak tawa ketika pelajaran Wahyu ditanya oleh gurunya tentang arti "Don't look the book from the cover." Wahyu dengan polosnya menjawab "Jangan lihat buku dari covernya, Bu." Sontak saja, rekan-rekan di kelasnya tertawa-tawa, termasuk Indah. Wahyu diceritakan memang tak pandai dalam pelajaran Ia percaya saja ketika mengetuk pintu kamar Indah untuk sekadar menanyakan apa arti kalimat di poster Irfan Bachdim yang ia dapatkan dari pelatih Persema tersebut. Indah yang masih marah gara-gara Wahyu terlambat datang di acara Debat itupun menjawab "Jangan pernah temui aku lagi" tulisan di posternya sih kurang lebih "Don't ever give up" Sebagaimana cerita pada umumnya, konflik selalu ada. Konflik yang nyata adalah bagaimana bencinya ayah Wahyu diperankan oleh Sujiwo Tejo keika mendengar anaknya itu ternyata memilih bermain bola daripada menemaninya jualan. Sepatu bola Wahyu dibakar. Kesedihan pun dimulai. Namun Wahyu merupakan anak yang berbakti, ia lalu meminta maaf pada ayahnya ini sungguh adegan yg mengharukan, lho. Adegan haru lainnya adalah ketika Wahyu lagi-lagi bermain bola atas bujukan Agus Kuncoro yg memberi iming-iming hadiah yg lebih besar agar bisa membelikan sesuatu untuk ayahnya. Ketika masih di lapangan bola desa yang juga ada warung kopinya, Wahyu sempat menanyakan alasan mengapa ayahnya sangat benci dengan sepakbola kepada Agus Kuncoro, tiba-tiba ayah Wahyu datang. Ia mengamuk, berkelahi dengan Agus dan menampar Wahyu hingga terpelanting. Meredam kemarahan ayahnya, Wahyu lalu berjanji tidak akan lagi bermain bola. Dan kemudian, memberikan seekor kuda kepada ayahnya, hadiah yang ia dapat karena memenangkan klubnya. Ayah Wahyu terdiam ketika adegan ini, penonton dibuat tertawa dengan adegan tukang warung yg sembunyi di balik warungnya, ketakutan melihat amarah ayah Wahyu. Sejak mendapat kuda, ayah Wahyu berubah ceria, dan tak pernah murung lagi Oh, ya... Kalian cari tahu sendiri, apa alasan ayah Wahyu begitu benci dengan bola, tonton saja sendiri. Dan berikutnya, kalian akan merasakan bagaimana hangatnya ayah dan anak ini menjalani hidup selanjutnya. Kalian akan rasakan keharuan ketika Wahyu menanyakan kepada ayahnya, mana yang dipilih cinta ataukah sepakbola. Cerita ini juga dibumbui politik menurut pendapat saya, sekadar istilah saja. Sebagai seorang pelatih klub sepakbola di desanya, tokoh yg dimainkan oleh Agus Kuncoro, hanya menggunakan tenaga Wahyu untuk dibayar memenangkan prtandingan sehingga dapat mendongkrak popularitas pemilik klub untuk dapat dipilih lagi dalam pemilu kepala desa. Agus Kuncoro juga sempat berusaha memanfaatkan momen Wahyu dipanggil mengikuti Try Out di Persema untuk numpang nge-TOP walaupun sebenarnya orangnya baik dan berjasa juga bagi Wahyu. Konflik memuncak ketika pelatih Timo menyatakan Wahyu tak lolos Try Out karena dari hasil pemeriksaan medis, ada kelainan di lutut kanan Wahyu. Ayah Wahyu marah besar, sementara Wahyu meringkuk di kamarnya menahan kesedihan sambil mendengar celotehan dan amukan ayahnya. Sedangkan ibunya hanya terdiam dengan kesedihan yang tak terkira. Namun, setelah sadar, ayah Wahyu kemudian meminta maaf kepada Wahyu dan berusaha membesarkan hati anaknya. Di tengah keterpurukannya, Wahyu bangkit. Tak lagi sedih melihat keakraban Indah dengan Hendro diperankan Giorgino, teman sekelasnya dan Indah. Ia kembali bermain bola, antarkecamatan. Dan Agus Kuncoro sangat senang atas kenyataan itu. Ketegangan kembali datang ketika Wahyu mengalami cedera dalam pertandingan namun ia ditolong oleh psikoterapis Persema, Matias Ibo, Irfan Bachdim, dan Kim Kurniawan yang datang tepat waktu. Mereka datang hendak menyampaikan pesan Timo bahwa kelainan di lutut Wahyu dapat disembuhkan asal ditangani secara profesional. Menonton film ini, dijamin kening kalian tidak akan berkerut. Kalian tidak akan pulang membawa kehampaan karena ending cerita yang bahagia happy ending, bukan ending terbuka open ending. Selain mata kita yang dimanjakan oleh indahnya panorama gunung Bromo, akhir cerita TDL sungguh membahagiakan. Tidak ada dendam dari Hendro yg belakangan dekat dengan Indah karena akhirnya Indah lebih memilih Wahyu tak ada sikap antagonis berlebihan seperti sinetron2 remaja pada umumnya - huh bete ngeliat yg begituan. Tidak ada lagi sikap antipati ayah Indah diperankan Tarzan terhadap Wahyu. Semuanya mendukung Wahyu dan berangkat ke stadion menonton Wahyu bertanding bersama Persema.... Berikut bonus thriler Film Tendangan Dari Langit THRILER 1THRILER 2 Sumber Video Youtube Sumber foto Sinemart
Perhatikan teks ulasan film berikut! Era Jagat Sinema Bumilangit sudah dimulai. Dibuka dengan pahlawan bemama Gundala, berikut ulasan film "Gundala Negeri Ini Butuh Patriot". Film ini mempunyai set desain dengan sinematografi yang sangat baik. Perpaduan antara sinematografi dan set desain film ini sangat sempurna dan memanjakan mata, khususnya di awal-awal film. Mulai dari pelabuhan, percetakan, pasar, rumah susun, semua dikemas dengan baik. Untuk CGI film "Gundala" rasanya cukup. Beberapa bagian memang terlihat janggal, [...] film ini lebih menempatkan cerita sebagai kekuatannya daripada CGI, maka efek-efek pada sebuah film pahlawan dapat dilewatkan. Film-film Bumilangit berikutnya akan mengedepankan action atau adegan-adegan laganya daripada penggunaan CGI sehingga akan jauh lebih keren dan menggigit. Disadur dari hup// diunduh 30 Agustus 2019 Kelebihan film pada teks ulasan tersebut adalah...
Jakarta - Wahyu Yosie Kristanto, remaja 16 tahun yang tinggal di Desa Langitan di lereng gunung Bromo adalah pemain sepakbola yang berbakat. Dia bahkan sudah bisa mencari uang dari bakatnya itu, dengan bermain untuk tim sepakbola kampungnya. Tapi, kecintaannya pada sepakbola ditentang oleh Darto Sujiwo Tejo sang ayah yang belakangan diketahui juga seorang pemain sepakbola berbakat. Darto yang sempat hancur mimpinya karena cidera kaki pada saat try out untuk klub sepakbola Persema Malang tak ingin anaknya sakit hati karena mimpinya hancur pula. Maka film ini pun bercerita soal bagaimana Wahyu mengejar mimpinya dan meyakinkan sang ayah yang Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan, dua pemain Persema sepertinya dalam rangka menarik minat lebih banyak penonton khususnya penggemar mereka karena ternyata penampilan mereka di film ini kurang signifikan, tak digambarkan dengan kuat sebagai tokoh yang jadi inspirasi bagi Wahyu. Film lokal yang cukup baru dan temanya seperti ini juga adalah Garuda di Dadaku 2009, hanya saja film karya Hanung cerita digarap Hanung bersama Fajar Nugroho ini lebih menarik. Secara visual saja, Tendangan dari Langit sudah memberikan suguhan yang sangat menghibur mata. Setting di lereng Gunung Bromo akhirnya menghasilkan pemandangan yang indah—apalagi Faozan Rizal, Director of Photography yang ternama bertanggung jawab di sini. Yosie yang didapat dari proses audisi menunjukkan aktingnya yang luwes—serta paling penting, dia membuat kita yakin bahwa dia memang layak memerankan anak yang jago bermain sepak bola—sehingga tak jomplang dengan akting bintang kawakan lainnya macam Agus Kuncoro yang jadi pamannya, maupun Sujiwo Tejo yang bermain memikat dan beberapa kali meneriakkan jancuk’ di film followers dia di Twitter pasti akan senang mendengar ini, karena Tejo terkenal sebagai Presiden Jancukers. Film ini punya paket hiburan yang lengkap membuat tertawa di beberapa bagian entah karena dialog yang memang kocak atau karena karakter yang kuat macam Sujiwo Tejo sedikit gerakannya pun bisa mengundang tawa, menyuguhkan manisnya percintaan dua remaja sehingga yang remaja bisa ada kedekatan psikologis dengan cerita dan yang pernah remaja bisa mengingat kembali asmara masa remaja, mengharukan di bagian Wahyu dan bagaimana usahanya membahagiakan sang ayah dengan memberinya hadiah, mengundang senyum di bagian kisah tiga sahabat chemistry di antara para pemainnya patut diacungi jempol padahal Yosie tak diberi waktu lama untuk mengenal Joshua Suherman dan Jordi Onsu, hingga membuat merenung ketika sampai di bagian kisah klasik orang tua dan anak yang merasa paling tahu apa yang terbaik bagi sang ada yang sedikit mengganjal di film ini adalah bagian soal lutut Wahyu dan penyelesaiannya kemudian yang tentu saja tak bisa saya ceritakan di sini. Meski sudah banyak film yang bercerita soal beratnya mengejar mimpi ataupun film yang kental dengan atmosfer olahraga dan meski judulnya agak norak, Tendangan dari Langit akan membuat Anda keluar bioskop dengan senyuman. ich/ich
teks ulasan film tendangan dari langit